top of page
  • Writer's pictureSpencer's Indonesia

Sayuran dan Asam Urat : Mitos atau Fakta?




Asam urat adalah kondisi yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada sendi dan memerlukan perhatian khusus dalam pemilihan makanan. Banyak orang yang memiliki asam urat mungkin telah mendengar bahwa ada beberapa sayuran yang sebaiknya dihindari. Namun, sejauh mana kebenaran dari pernyataan ini?


1. Bayam: Penjahat atau Sahabat?


Bayam meskipun mengandung purin, bukanlah musuh langsung bagi penderita asam urat. Secara moderat, bayam masih dapat dinikmati sebagai bagian dari diet sehat Anda.


2. Kentang: Makanan Pokok yang Dikritik?


Kentang sering dianggap sebagai sumber purin, tetapi sebenarnya memiliki kadar purin yang rendah. Mengonsumsinya dengan porsi yang wajar tidak seharusnya menjadi masalah.


3. Tomat: Sahabat atau Pengkhianat?


Tomat mengandung asam oksalat yang dapat meningkatkan produksi asam urat. Namun, tomat juga kaya akan nutrisi penting. Pengaturan konsumsi mungkin lebih bijak daripada penghindaran sepenuhnya.


4. Terong: Antara Kelezatan dan Kewaspadaan


Terong juga termasuk dalam kelompok sayuran yang mengandung purin, tetapi kandungannya tidak setinggi beberapa makanan lain. Penderita asam urat bisa saja menikmatinya dengan porsi terkontrol.


5. Kacang-Kacangan: Antara Nutrisi dan Potensi Bahaya


Kacang-kacangan seperti kacang merah dan kacang kedelai memang tinggi purin. Namun, sebagai sumber protein nabati, mereka juga memberikan manfaat. Pengelolaan porsi dan frekuensi konsumsi bisa menjadi solusi.


6. Sayuran Bersantan: Catatan untuk Diperhatikan


Sayuran bersantan seperti kelapa dan sawi mengandung lemak jenuh yang dapat memicu peningkatan asam urat. Penting untuk memasukkan dalam diet dengan bijak.


Menghindari sayuran sepenuhnya bukanlah solusi. Penting untuk memahami bahwa manajemen asam urat melibatkan pengaturan diet secara keseluruhan dan bukan hanya fokus pada satu jenis makanan. Berkonsultasilah dengan profesional kesehatan atau ahli gizi untuk membuat rencana diet yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.



 


Referensi :



Johnson, R. J., Titte, S., & Cade, J. R. (2005). Uric acid, evolution and primitive cultures. Seminars in Nephrology, 25(1), 3-8.


Choi, H. K., Atkinson, K., Karlson, E. W., Willett, W., & Curhan, G. (2004). Purine-rich foods, dairy and protein intake, and the risk of gout in men. New England Journal of Medicine, 350(11), 1093-1103.

bottom of page